Pulau Madura itu ada legendanya. Madura ternyata berasal dari kata Madu dan Ara. Madu ya Madu. Ara itu Tanah Lapang. Jadi Madura ada hubungannya dengan madu di tanah lapang. Juga, legenda Madura ternyata berhubungan dengan lokasi wisata terkenal yakni Tengger di Pegunungan Bromo. Kok bisa?
Alkisah kerajaan terkenal di Pegunungan Tengger namanya Medangkamulan dengan rajanya Prabu Gilingwesi yang sangat terhormat. Patihnya, Prabu Pranggulang sangat pandai dan cerdik.Prabu Gilingwesi memiliki putri cantik yakni Ayu Tunjungsekar yang tidak mau bersuami. Sang Prabu sangat resah namun menghargai pilihan putrinya.
Sampai pada suatu malam sang putri Tunjungsekar tidur dan bermimpi berjalan di kebun yang indah. Sayup-sayup terdengar tembang pangeran yang merdu merayu. Sang Putri sangat menikmati keberadaannya di kebun itu. Tiba-tiba bulan purnama muncul dari langit tanpa awan. Putri sangat terpesona. Seolah tahu sang putri sangat senang, bulan tersebut turun, makin dekat dengan sang putri, lantas masuk ke tubuh sang putri. Saat itu sang putri terbangun.
Setelah itu Putri Tunjungsekar ternyata hamil. Tentu saja Raja terpukul dan murka. Beliau tidak percaya kehamilannya diakibatkan mimpi. Maka diputuskan untuk membunuh Putri Tunjungsekar. Diutuslah Patih Pranggulang untuk membawa putrinya ke Hutan. Berljalan dan berjalan hingga sampailah keduanya du hutan lebat namun dekat laut.
“Ki Patih", ujar Tunjungsekar. "Silakan hukum mati aku. Tetapi kalau Ki Patih tidak bisa membunuhku, berarti aku benar," sambung Tunjungsekar. ”
Patih Pranggulang mengayunkan pedang ke Putri Tunjungsekar. Namun, sebelum menyentuh tubuh Putri Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Ki Patih juga berusaha mengayunkan ke leher Putri Tunjungsekar, tetapi sebelum menyentuh leher sang Putri, pedangnya malah terpental. “Tuan Putri, kiranya benar”, kata Patih.
”Hamba akan membuat rakit untuk Tuan Putri. Berakitlah melalui laut ini, hamba yakin nanti Tuan Putri akan menemui daratan. Hamba sendiri tidak akan pulang ke kerajaan, tetapi akan bertapa di sini untuk mendoakan agar Tuan Putri selamat,” tambahnya.
Tunjungsekar pun kemudian menaiki rakit. Malam demi malam dilalui. Saat purnama, perut Tunjungsekar terasa sangat sakit. Lahirlah seorang bayi laki-laki. Karena lahir di laut, bayi itu diberi nama Raden Sagara. Sagara dalam bahasa Madura artinya laut.
Beberapa hari kemudian tampak sebuah pulau. Rakit menepi, Tunjungsekar sambil mendekap bayinya turun dari rakit.
Ketika sampai di darat, Raden Sagara yang baru berumur beberapa hari tiba-tiba melocat ke tanah. Ia pun kemudian berlari kesana kemari dengan riangnya. Tubuh Raden Sagara pun cepat bertambah besar. Mereka terus berjalan dan tiba di tanah lapang. Dalam bahasa Madura tanah lapang disebut ra-ara.
Di sudut tanah lapang, Raden Sagara melihat sebatang pohon. Dia mendekati pohon itu. Di dahan paling rendah ada sarang lebah yang cukup besar. Ketika Raden Sagara mendekat lebah-lebah bertebangan menjauh, seolah-olah mempersilahkan Raden Sagara untuk mengambil madunya. Kemudian Raden Sagara pun dapat menikmati madu bersama ibunya sepuas-puasnya. Karena mereka menemukan madu di tanah lapang yang luas, tempat itu kemudian diberi nama Madura, yaitu berasal dari kata madu era – ara, artinya madu di tanah yang lapang. Raden Segara kemudian menjadi penguasa tanah Madura untuk kali pertama.