Wednesday, November 30, 2016

Arosbaya Lengkapi Sejarah Madura

foto: detik travel


Salah satu tempat wisata di Madura yang sedang naik daun adalah Situs Aer Mata di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Ternyata, situs ini merupakan peninggalan penting dan berhubungan dengan Sejarah Madura. Bagaimana kisahnya? 

Letaknya di sisi utara, sekitar 30 km dari arah Kota Bangkalan. Di sini terdapat situs makam Islam Kuno dengan arsitektur budaya Hindu-Budha. 

Bangunan ini didirikan abad ke-15 atau 16. Sampai sekarang masih tersusun indah tanpa semen. Bahannya batu putih seperti pualam yang diambil dari sekitar makam. 

Tiga cungkup utama makam berukuran 40x20 meter merupakan makan Ratu Ibu Syarifah Ambami, Panembahan Tjakraningrat II dan Tjakraningrat III. Ada pula makam Panembahan Tjakraningrat V, VI dan VII yang bergelar Tjakradiningrat I. Makam Ratu Ibu dikelilingi pagar kayu dilapisi kain warna hijau.

 "Gaya arsitektur dan seni ukir di Aer Mata mempunyai ciri khas perpaduan Hindu, Budha dan Islam," ujar Hasan Fajri, Juru Kunci makam.

Menurut Vivanews, untuk menuju ke Makam Ratu Ibu tersebut, paling tidak kita melewati stiga pintu masuk, yang desainnya mirip dengan candi. Makam Ratu Ibu ada di sisi paling utara, bangunannya paling tinggi. Di sisi selatan atau bawah banyak makam kuno yang konon merupakan makam keturunan atau abdi dalem Ratu Ibu. 


Siapakah Ratu Ibu yang diagungkan tersebut? Nama beliau Sarifah Ambani,yang konon melahirkan para raja Madura. Menurut sejarah, memang Sarifah Ambani merupakan keturunan Sunan Giri dari Gresik. Ia dinikahi Pangeran Cakraningrat I dari Madura.

Cakraningrat I memerintah Madura pada tahun 1624 atas perintah dari Sultan Agung dari Mataram. Walau demikian, ia lebih banyak tinggal di Mataram mendampingi Sultan Agung. Istri Cakraningrat yang bernama Sarifah Ambani inilah yang selalu tinggal di Kraton Sampang. Mungkin karena itu dia diberi gelar Ratu Ibu.

Sarifah merupakan istri yang patuh semua perintah sang suami. Sarifah juga rajin bertapa di Desa Buduran Kecamatan Arosbaya-Bangkalan.

Sebagaimana diceritakan juru kunci Pemakaman Aermata, yang dikutip dari Babad Madura, Ratu Ibu senantiasa memohon pada Tuhan agar keturunannya dapat menjadi pemegang pucuk pimpinan di Madura hingga tujuh turunan. Dalam pertapaannya ia bertemu Nabi Khidir A.S yang dianggap oleh Ratu Ibu sebagai pertanda bahwa permohonannya akan dikabulkan.


Ratu Ibu pun kembali ke Kraton Sampang. Saat suaminya, Pangeran Cakraningrat I datang dari Kesultanan Mataram, mimpi tersebut diceritakan. Pangeran Cakraningrat I justru marah karena istrinya hanya memohonkan untuk tujuh turunan. Seharusnya semua keturunan mereka selamanya menjadi pemimpin Madura. 

Sedih hati Ratu Ibu. Ia kembali bertapa dan memohon permintaan suaminya dikabulkan. "Permohonan disampaikan Ratu Ibu terus menerus sambil menangis. Ratu Ibu akhirnya meninggal dan di tempat pertapaannya inilah ia dimakamkan. Karena menangis saat bertapa. itulah yang menyebabkan pemakaman ini akhirnya diberi nama Aer Mata atau air mata.


Tahun 1975 kompleks Aer Mata diikut sertakan dalam lomba dan pameran seni arsitektur peninggalan Purbakala se-Asia mewakili Indonesia DAN mendapat nilai tertinggi.

No comments:

Post a Comment