Wednesday, September 12, 2018

Kisah Borobudur Sebagai Jam Raksasa

Ternyata, Candi Borobudur, di samping berbagai kehebatan yang telah tersiar, juga merupakan jam raksasa. Bagaimana kisahnya?

Borobudur telahdibangun, jauh sebelum Bangsa Kamboja Membangun Angkor Wat. Bentuk Candi Borobudur juga lebih pelik ketimbang piramida Mesir. Batu ukir yang sangat berkelas dan dibuat seteliti mungkin,bercerita tentang kehidupan keseharian Kerajaan Syailendra. Beratnya 2 ton didisusun satu per satu sampai jadi bukit berlantai 10.

Ternyata, banyak orang yang belum tahu bahwa sesungguhnya Candi Borobudur juga merupakan jam raksasa. Candi Borobudur punya 72  buah stupa berbentuk lonceng terbalik. Stupa terbesar berada di lantai teratas. Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam. Jarum jam-nya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan stupa terbesar. Ya, bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.

Tak cuma  itu, Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat tepat. Tanpa bantuan kompas dan GPS. Seperti diketahui, Matahari memang terbit di arah timur. Namun, tidak selalu tepat di titik timur. Matahari hanya terbit benar-benar di titik timur dalam dua kali setahun. Yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September. Arsitek Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar. Oleh karena itu,Candi Borobudur juga dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat. 

Asal Mula Borobudur

Sekitar tahun 750 Masehi, seorang arsitek bernama Gunadarma berdiri di sebuah gunung di Kerajaan Syailendra. Di hadapannya tampak sebuah danau dikelilingi tujuh gunung. Di tengah danau berdiri sebuah bukit. Dari danau itu mengalir sungai, berkelok-kelok. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah. Sayangnya, dua dari tujuh gunung yang mengelilingi termasuk gunung aktif. Itulah Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.

Alam Kerajaan Syailendra subur dan indah, tapi rawan bencana.Begitu pula Gunadarma yang taat beragama Budha. Gunadarma mungkin juga berharap kerajaannya selamat dari bencana. Dia memikirkan sebuah cara. Bagaimana jika di tengah danau itu dibangun sebuah tempat ibadat? Supaya Tuhan melindungi manusia dari bencana.

Gunadarma merancang tempat ibadat berbentuk bunga teratai. Bunga teratai raksasa yang mekar di tengah danau dan dikelilingi tujuh gunung. Raja Syailendra mendukung pembangunan tempat ibadat itu.Tempat ibadat itu dibangun selama 92 tahun. Ketika selesai, tempat ibadat itu memang tampak seperti bunga teratai di tengah danau. Itulah tempat ibadat bernama candi Borobudur. Sayangnya, gempa dan letusan gunung berapi membuat danau di sekitar Candi Borobudur hilang. Tumpukan debu gunung berapi menyebabkan danau mengering. Di zaman sekarang, Candi Borobudur tidak lagi dikelilingi danau.

No comments:

Post a Comment