Mads Johansen Lange merupakan nama yang selalu disebut berkaitan dengan sejarah Pantai Kuta Bali yang elok dan terkenal. Siapa dia?
Dalam berbagai buku tentang Kuta disebutkan bahwa pada zaman
penjajahan Belanda, Kuta jadi salah satu pusat perdagangan di Bali. Saat
itu, seorang warga Denmark bernama Mads Johansen Lange menjadi
syahbandar Kuta. I Made Sujaya dalam bukunya Sepotong Nurani Kuta (LPM
Kuta, 2004) menyebut bahwa di tangan Tuan Lange, demikian warga Kuta
biasa menyebutnya, ini Kuta makin berkembang menjadi sangat maju dan
terkenal.
Menurut Wikipedia, ia lahir di Rudkobing, Denpark, 18 September 1807 dan meninggal di Kuta, Bali 13 Mei 1856 pada umur 48 tahun. Relatif muda. Ia dianugerahi Orde Singa Belanda, dan menerima
medali emas dari pemerintah Denmark atas pencapaiannya. Atas jasanya, Kuta
berkembang sebagai kawasan perdagangan internasional pada awal abad ke-19. Ia biasa dijuluki Raja Bali (Kongen af Bali)
Mads Lange pertama kali berlayar pada usia 18 tahun dan
akhirnya terdampar di Lombok pada tahun 1834. Dia lalu berdagang mengekspor kopi, beras, buah, rempah-rempah dan tembakaug. Mads Lange juga mengimpor aneka tekstil dan senjata. Namun, karena bermasalah dengan seorang Inggris bernama George King, akhirnya ia pindah ke Bali pada tahun 1839 dan tinggal di Kuta,
tempat ia meneruskan usaha dagangnya.
Pada tahun 1844, Lange diangkat sebagai agen resmi pemerintahan Hindia Belanda,
mengingat hubungan pribadinya yang erat dengan masyarakat Bali kelas atas
terutama I Gusti Gde Ngurah Kesiman (Raja Kesiman) dan juga koneksi dagangnya.
Namun, peran barunya hanya bersifat tipu muslihat karena saat itu Belanda sedang menyerang Bali utara dan memblokade jalur laut di selatan. Atas
usahanya, Lange dapat mempertemukan Bali dan Belanda di meja perundingan.
Setelah penandatanganan perjanjian tersebut, diadakan pesta besar di rumah
Lange yang dihadiri oleh 30.000 orang.
Lange memiliki 2 orang putera dari Nyai Kenyer, seorang
wanita Bali, bernama William Peter (l. 1843) dan Andreas Peter
(1850),
dan seorang puteri bernama Cecilia Catharina (1848) dari pernikahannya
dengan Ong Sang Nio, wanita Tionghoa. Cecilia kemudian pindah ke Johor, menikah dengan Sultan Abu Bakar dari Johor dan memiliki seorang anak, Ibrahim yang kemudian menjadi Sultan Johor menggantikan ayahandanya.
Pada tahun 1856, Lange sakit dan mohon pensiun, serta memutuskan untuk
kembali ke Denmark, namun sayang dia meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi
akan berangkat dan akhirnya dia dikubur di Kuta, dan makam Lange dapat terlihat
dari Jl. Bypass Ngurah Rai yang menghubungkan Kuta-Sanur. Untuk memperingati Lange, sebuah jalan di Kuta dinamai Tuan Lange.
Makam Mads Lange berada ada di bagian timur Kuta, di samping Tukad
Mati, berjarak sekitar 100 meter dari jalan By Pass Ngurah Rai Kuta. Ada
jalan bernama Tuan Lange yang seperti menunjukkan betapa pentingnya
posisi Lange sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan. Lagi-lagi,
sayangnya, tempat ini pun tak punya cukup informasi sebagai sebuah objek
wisata. Padahal lokasi ini bisa saja dikemas sebagai sebuah wisata
sejarah, misalnya dengan keterangan lebih jelas tentang siapa Mads Lange
dan bagaimana perannya dalam perkembangan Kuta.
Saat ini tak banyak yang bisa dilihat di makam Mads Lange. Hanya ada
monumen setinggi sekitar 3 meter dengan tulisan Sacred to the Memory of
Mads Johansen Lange. Monumen ini agak terpisah dari kuburan-kuburan lain
di kompleks kuburan Tionghoa tersebut.
No comments:
Post a Comment