Pernahkah berlibur di Bali bertepatan dengan hari raya Nyepi? Anda mesti melalui hari-hari di hotel ataupun rumah kerabat yang sunyi
senyap. Tanpa listrik dan internet. Tanpa ada yang keluar rumah. Bisa Anda manfaatkan waktu untuk introspeksi.
Orang Hindu Bali meyakini inilah saat yang tepat untuk
menjalani Catur Brata alias
puasa dari nyala api, kerja, bepergian, dan hiburan yang saban waktu terhidang di sekeliling Anda. Buat orang Hindu, Nyepi yang berlangsung setahun sekali itu
memang peringatan tahun SAKA, yakni tahun barn Bali yang bermula pada tahun 78 masehi. Namun yang paling penting, hari tersebut merupakan peringatan upacara pengorbanan, yanglazim disebut Butha Yadnya.
Intinya, pencucian dan pengharmonian kembali alam beserta seisinya yang telah kotor. Filosofi Nyepi sendin berhubungan dengan kepercayaan antara bulan Dewa dan Bulan
Butha/bulan kotor.
Bulan dewa adalah bulan suci yang
jatuh antara bulan ke-9 sampai ke-5, sedangkan
bulan kotor jatuh antara bulan ke-5 sampai ke-9. Penyebab bulan kotor tak lain
adalah ketidaksadaran manusia yang
senantiasa bikin ulah di muka bumi ini.
Bulan yang
paling kotor adalah bulan ke-9 dari
tahun saka. Orang Bali biasa menyebutnya sebagai Kesanga.
Hari paling suram dan
kotor, otomatis adalah hari terakhir dari
bulan ke-9. Atas dasar inilah nyepi yang identik dengan hening dijalani umat Hindu
Bali. Tujuannya jelas mencuci dosa-dosa
dan penderitaan yang disebabkan umat manusia, dilakukan
secara spiritual.
Rangkaian upacara Nyepi terdiri dari
Melasti, Tawur Kesanga, lantas dilanjutkan dengan acara Nyepi itu sendiri pada
hari "H".
Melasti yang bermakna sebagai pawai dewa
dilakukan 3 hari sebelum nyepi. Tujuannya
berserah diri pada Sang Hyang Widhi Wasa dalam
manifestasinya sebagan dewa air yang disebut Wisnu.
Umat Hindu Bali mengambil air suci dari lautan untuk membersilikan semesta dan
seisinya secara bersama-sama. Saat ini, mereka jalan beriringan mcnuju pantai
dengan baju adat yang meriah. Kepala mereka menjunjung
berbagai persembahan. Kalau Tawur Kesanga, belangsungnya sehari sebelum nyepi. Tujuannya, harmonisasi segala yang ada di muka bumi, termasuk
hubungan manusia dengan "I'uhan, dengan manusia lain,
dan dengan semesta ini. Mulai senja sekitar pukul
18.00 Wita, umat Hindu
keluar rumah dan berkumpul di jalan-jalan,
mengusung ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh sendirn merupakan boneka
yang sangat
besar dan tinggi, dibuat warga masing-masing banjar di Bali. Baik wajah maupun bentuknya dibikin sangat
seram, biasanya berwujud raksasa.
Namun yang nampak sebagaimana binatang purba macam dinosaurus pun ada. Bahan bakunya bambu, kayu, kertas semen,
cat, tali, dan benang. Benda yang
wujudnya mengerikan ini merupakan simbol kekuatan
jahat yang mesti dilenyapkan.
Sebelum diarak
keliling, ogoh-ogoh "dihidupkan" secara spiritual. Setelah diarak, benda mengerikan ini pun dibakar.
Sesungguhnya, pembuatan ogoh-ogoh sendiri tidak
diwajibkan agama. Ini semata kreativitas umat. Namun kreasi itu tidak boleh bertentangan dengan filosofi agama.
Ogoh-ogoh mulai dikenal luas di Bali
pada tahun 1980-an. Sebelum tahun itu, simbol
kekuatan jahat tersebut cuma dibikin desadesa tertentu di Bali.
Pada saat senja, dulu orang Bali
biasa memakai obor clan berkumpul di jalanan untuk menandai akhir tahun saka.
Namun, bisa jadi karena naluri kesenian orang Bali begim kuat, kreasi ogoh-ogoh pun muncul sebagan visualisasn kekuatan jahat.
Ogoh-ogoh
yang beraneka
rupa dan diusung di jalanan itu sudah pasti memacetkan jalan-jalan. Tapi
dijamin Anda tidak akan jengkel jika terjebak kemacetan akibat pawai ogoh-ogoh.
Bentuk-bentuk boneka seram itu yang beraneka itu akan membikin Anda tertawa
geli. Maka, jangan lewatkan pawai ogoh-ogoh setahun sekali di Bali, sebelum
memasuki suasana nyepi yang serba hening.
No comments:
Post a Comment