Monday, December 19, 2016

HUBUNGAN UMA DAN MERAPU ( TRADISI SUMBA)

Rumah tradisional Sumba (Uma) harus berukuran besar dengan atap tinggi menantang langit. Mengapa? 



Karena Uma tidak sekadar tempat tinggal manusia. Uma juga jadi tempat bersemayamnya Merapu (arwah yang disembah dalam kepercayaan tradisional Sumba), sekaligus tempat hewan piaraan berlindung dari panas dan dingin setiap hari. 

Salah satu keunikan yang dimiliki Sumba adalah rumah tradisionalnya. Kalau Kabupaten Tana Toraja di Sulawesi Selatan punya Tongkonan, Sumba punya Uma. Ada kemiripan antara dua rumah tradisional ini. Kedua-duanya berukuran besar, dengan atap menjulang tinggi. Juga setiap bangunan terdiri dari tingkat meski fungsinya berbeda. Kesamaan lainnya, tongkonan dan Uma selalu terdiri dari beberapa rumah, membentuk sebuah perkampungan. Ada rumah induk yang diapit atau dikitari beberapa rumah pendamping. Di sanalah keluarga besar menjalani hari-hari kehidupannya. Termasuk menjalani ritual yang sarat simbol sosial, magis, dan religius. Yang membedakan keduanya, Tongkonan sudah dikenal luas di manca negara, sedangkan Uma masih terbatas. 

"Kesamaan" Uma dan Tongkonan ini konon karena leluhur suku Toraja dan Sumba sama-sama berasal dari daratan Cina. Menurut cerita yang berkembang, setelah sampai di Selat Malaka, rombongan migran itu menyebar ke Sumatra (beberapa suku terasing di Riau dan Jambi), Kalimantan (suku Dayak), Jawa, Bali, Lombok (suku Sasak dan Bima), Sumba, Manggarai, Ende. Jika rumah adat dijadikan acuan, mungkin cerita ini bisa dibenarkan. 

Uma dibangun memakai bahan-bahan alam (tidak mengandung unsur besi) dengan 24 tiang. Tapi tiang utamanya hanya 4 batang kayu yang diberi ukiran. Keempat tiang utama ini lebih tinggi dari 20 tiang lain, tapi langsung membentuk atap yang meninggi.

Atap uma menggunakan bahan rumput alang-alang, sedangkan dindingnya dari anyaman daun enau, papan, atau kulit hewan semisal u, sapi atau kuda yang sudah dikeringkan. Uma terdiri dari tiga tingkat. Di bagian atap yang lebih menonjol semacam menara merupakan tingkat tertinggi yang disebut kewuku. Kewuku terbagi menjadi 2 loteng. Loteng paling atas adalah Hindi Meringu, tempat merapu ditahtakan. 

Setiap Uma memiliki Merapu masing-masing serta berbeda satu sama lain. Ada Merapu berupa mata pancing, buaya, tajiku, batu, kilat, tikus, dan lain-lain. "Tergantung kharisma leluhur yang mereka sembah," ujar Yakobus Ng Bili, tokoh masyarakat di sana. 

Di bawah tahta Merapu disimpan berbagai barang pusaka peninggalan nenek moyang semisal keramik serta harta kekayaan lain. Loteng ini dinamakan Hindi Mbokul yang artinya gudang.

Bagian kedua dari tubuh rumah disebut lundung. Tubuh rumah ini pun punya anatomi khusus sesuai fungsi sosial, religius, dan magisnya. Ruang di antara keempat tiang utama tadi disebut Kambaniru Lundung yang merupakan tempat sembahyang atau disebut juga Kambaniru Urat. Karenanya ruang ini dianggap suci. Jadi, meski sebuah Uma dihuni banyak orang (terdiri dari beberapa kepala keluarga), ruang Kambaniru Urat ini tidak boleh ditinggali orang. Manusia hanya bisa tinggal di ruang Kambaniru Wihiwei, yakni kawasan di luar arena yang suci dalam Uma tersebut. 

Sedangkan tingkat paling bawah adalah Mbomang yakni kolong rumah sebagai tempat mengikat ternak piaraan semacam babi, kambing, kuda, sapi, kerbau. 

Setiap Uma dilengkapi katuada dan kuburan batu (megalitik). Katuada merupakan sebuah batu yang diletakkan di samping kanan rumah. Kepada batu inilah setiap tahun, pada November, setiap penghuni rumah mengaku dosa yang telah dibuat selama setahun. Bersamaan dengan itu dilakukan upacara penyucian semua perabot rumah tangga sebelum dimulai musim tanam. "Katuada itu semacam batu loh yang diturunkan Yahwe Allah kepada Nabi Musa yang berisi 10 perintah Tuhan atau 10 hukum Taurat," kata Jakobus Bili. 

Jenazah penghuni Uma selalu dikubur di samping rumah yang dbikin kuburan batu. Hal ini berkait dengan kepercayaan bahwa jenazah tersebut setelah hancur membentuk tanah berubah menjadi zat yang bisa menguap ke udara dan akan turun ke bumi berupa air hujan. Zat ini dipercaya membawa kesuburan. Kuburan batu ini harus menghadap ke muara sungai atau laut. 

"Pemberian nama bagi penghuni Uma juga harus mengikuti nama leluhur dan dilakukan pada saat pemotongan tali pusar," ujar Jakobus Bili. 

Itulah Uma yang melengkapi keunikan Suku Sumba, NTT.

(Laporan perjalanan dari kawan saya Yoseph Lagadoni Herin, yang pernah dimuat di Merpati Inflight Magazine).

Friday, December 09, 2016

Sejarah dan Asal-usul Kopi Luwak

blog-sejarah.blogspot.com
binatang luwak senang mencari kopi yang matangnya sempurna
Kopi Luwak sedang ngetren di dunia. Seduhan kopinya memakai biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak atau musang. Sesungguhnya sudah lama kopi jenis ini menjadi perbincangan di dunia, khususnya Asia Tenggara. Namun baru termasyur luas setelah publikasi tahun 1980-an. Dan Kopi Luwak harganya sangat mahal. Mencapai 450 dollar Amerika per 450 gram. Apa yang membuat kopi luwak mahal? Tentu saja proses dan cara mendapatkannya yang terbilang unik dan langkalah yang menyebabkankopi luwak mahal dan berkelas.

Wilayah penghasil kopi luwak di Indonesia antara lain Gayo Aceh, Sidikalang, Desa Janji Maria Kec. Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas, Kota Pagalaram, Semende di Muara Enim, Liwa di Lampung Barat, Kotabumi di Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur. 

Sejarah ditemukannya kopi Luwak erat kaitannya dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia awal abad ke-18 saat Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di Jawa dan Sumatra. Perkebunan tersebut mendatangkan bibit kopi arabica, salah satunya dari Yaman. 

Saat tanam paksa atau Cultuurstelsel (1830-1870) Belanda melarang pribumi memetik kopi untuk keperluan pribadi. Namun penduduk ingin mencoba kopi yang katanya enak tersebut. 

Buruh-buruh di kebun-kebun kopi akhirnya menemukan bahwa sejenis musang suka memakan buah kopi namun hanya daging buahnya yang tercerna. Kulit ari dan biji kopinya masih utuh tidak tercerna. 

Biji kopi dalam kotoran luak inilah yang kemudian diambil, dicuci, disangrai dan ditumbuk. Inilah yang kemudian disebut kopi luwak. 

Belanda mendengar kabar ini langsung membuktikan. Sejak itu pula kopi luwak menjadi gaya hidup orang kaya Belanda. Harga Kopi Luwak pun mahal sejak zaman tersebut. 

BACA JUGA SEJARAH KOPI INDONESIA DI LINK INI

Sejarah dan Asal-usul Kopi di Indonesia

sejarah kopi Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda
Indonesia masuk dalam jajaran negara pemasok kopi dunia kenamaan. Memang, perkebunan kopi sangat lazim ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, tersebar dari Sabang sampai merauke. Bagaimana asal-usul dan sejarah kopi di Indonesia? 
Ternyata, tanaman kopi yang ada di berbagai perkebunan kopi di Indonesia sesungguhnya bibitnya tidak berasal dari Indonesia. Upaya Belanda menjadi pemasok nomor satu kopi dunia cukup berhasil dengan menjadikan lahan-lahan di Indonesia sebagai perkebunan kopi
Tahun 1696, Belanda mulai membawa kopi jenis Arabika dari Malabar India ke Jawa, mengingat perdagangan kopi demikian fantastis hasilnya dan Indonesia dirasa beriklim cocok untuk tanaman kopi. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi -Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Hanya saja waktu itu tanaman kopi di sini rusak karena gempa bumi dan banjir. 
Tak putus sampai di situ, 3 tahun kemudian Belanda mendatangkan stek tanaman kopi dari malabar. Kopi menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh VOC..Tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman stek tersebut dikirim ke Belanda untuk diteliti. Karena kualitasnya sangat bagus, tanaman ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan di Indonesia. Mulai terjadi perluasan area budidaya kopi meliputi Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Timor, dan lain-lain. Tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.

Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780. Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.

Produksi  kopi  di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun 1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400 ton.

Tahun 1720 Belanda menggeser posisi Yaman sebagai pemasok kopi nomor satu dunia. Produk Belanda  didapatkan dari perkebunan-perkebunan kopi di Jawa dan pulau-pulau sekitarnya. Masa tersebut Indonesia jadi produsen kopi terbesar di dunia. 

Tahun 1878, tanaman kopi di hampir seluruh wilayah di Indonesia terserang hama karat. Semenjak itu Belanda mendatangkan spesies kopi liberika yang mungkin lebih tahan atas karat daun. Kopi Liberika harganya juga setinggi kopi arabika. Sayangnya, lagi-lagi kopi spesies ini juga terkena karat daun. 
Tahun  1907 Belanda mendatangkan kopi dengan spesies Robusta. Perkebunan kopi di berbagai dataran rendah juga bisa bertahan dengan spesies robusta ini.

Setelah kemerdekaan tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda di Indonesia dinasionalisasi. Perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tuesday, December 06, 2016

Sejarah Islam di Lombok

blog-sejarah


Penduduk Lombok sebagiannya, terutama Suku Sasak menganut agama Islam. Agama terbesar kedua di Lombok adalah Hindu yang dianut 15 persen penduduk.

Perjalanan agama Islam masuk di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat berawal dari abad ke-16. Penyebar agama Islam di Lombok antara lain Sunan Prapen, Putra Sunan Giri, Al Fadlal, Sangupati.

Sunan Giri memiliki 3 murid yakni Lembu Mangkurat (mengislamkan Banjarmasin), Datuk Bandan (Mengislamkan Makassar, Seram, Tidore, Selayar), dan Sunan Prapen (mengislamkan Bali, Lombok, dan Sumbawa.

Sunan Prapen datang ke Pulau Lombok bersama Patih Mataram, Arya Kertasura, Jaya Lengkara, Adipati Semarang, Tumenggung Surabaya, Tumenggung Sedayu, Tumenggung Anom Sandi, Ratu Madura, Ratu Sumenep.

Tentu saja Sunan Prapen dalam membawa Islam ke masyarakat harus menyesuaikan situasi dan kondisi masyarakat saat itu. Mereka mengajarkan ketauhidan lewat adat dan kesenian. Penyebaran Islam di Lombokboleh dikata merata kecuali Pejarakan, Ganjar, Pengantap, Tebango, Karang Panasan. Penyebar Islam paling terkenal adalah Pangeran Sangupati, Putra Selaparang. Sangupati merupakan penggagas pergelaran wayang pertama kali di Lombok.

Menurut versi lain, Islam di Lombok juga masuk lewat utara atas perintah Pangeran Pengging dari Jawa Tengah. Sunan Kalijaga banyak disebut mengajarkan ajaran sufi di sini yakni sinkretisme antara Hindu dan Islam. Golongan ini lantas dinamakan waktu telu. Islam waktu telu umumnya dianut oleh mereka yang berusia lanjut di daerah Bayan, Lombok Utara. Di Bayan masih ditemukan masjid yang biasa dipakai pengabut Islam wektu telu. Juga terdapat tempat berdoa untuk berbagai agama yakni Kemaliq. Artinya tabu suci dan sakral. Letaknya di Desa Lingsar, Kabupaten Lombok Barat yang setiap tahun mengadakan upacara Pujawali dan Perang Topat sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas karunia hujan yang diberikan.

BACA JUGA: 
ASAL-USUL  PULAU LOMBOK DAN SASAK

LEGENDA DAN ASAL-USUL GUNUNG RINJANI

Asal-usul Pulau Lombok dan Sasak

Nama Lombok tercantum dalam lontar. Lombok itu sebutan untuk pulau di Nusa Tenggara Barat sedangkan sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok. Kata "Lombok" berasal dari Bahasa Sasak yakni Lomboq yang berarti Lurus. Sasak sendiri asal katanya Sak Sak, berarti Perahu Bercadik. Sebutan lain untuk Pulau Lombok adalah Pulau Meneng (sepi), Gumi Selaparang.

Sejak zaman Majapahit Pulau Lombok sudah terkenal. Disebut dalam kitab Negarakertagama yang dikarang Empu Prapanca. Alkisah, Kerajaan Mataran Lama di Jawa Tengah punya oemimpin perempuan yakni Pramudawardhani, ahli pemerintahan yang menikah dengan Rakai Pikatan, ahli perang. Kekuasaannya membentang dari Pulau Sumatra hingga Pulau Flores. Pelayaran yang dilakukan kala itu banyak dilakukan dari Jawa memakai perahu bercadik  Motif pelayaran tidak jelas apakah untuk memperluas wilayah ataukan menghindari kerja keras membangun Borobudur, Prambanan, dan Kalasan.

Mereka terus berlayar lurus ke Timur dan tiba di pelabuhan yang dinamakan Lomboq (lurus). Demikianlah sejak menghuni perkampungan tersebut, pulaunya disebut Lombok. Orang yang datang tersebut dinamai orang Sak Sak yang artinya datang menggunakan perahu (bercadik). Mereka berbaur dengan penduduk asli dari kerajaan Kedarao (Sembalun dan Sambelia).

Mereka mendirikan kerajaan Lombok yang lantas menjadi besar dalam lima abad. Pelabuhan di Kerajaan Lombok banyak dikunjungi para pedagang dari Makassar, Banyuwangi, Tuban, Hingga Ternate dan Malakan Hasil utama Lombok aadalah beras, tarum dan kayu sepang.

Kerajaan Lombok dikalahkan Mahapahit, raja dan permaisurinya lari dan mendirikan kerajaan Watuparang yang dikenal dengan Selaparang.

Versi Wikipedia

Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau ini namanya Kerajaan Laeq yang artinya Waktu Lampau. Namun Babad Suwung menyatakan kerajaan tertua di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dipimpin Batara Indra. Kerajaan Suwung ini kemudian digantikan kerajaan Lombok.

Abad ke-9 hingga 11 berdirilah Kerajaaan Sasak yang lantas dikalahkan salah satu Kerajaan di Bali. Beberapa jeraan di Pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.

Kerajaan Selaparang muncul dua periode: abad ke-13 dan abad ke 16. Kerajaan pertama bercorak Hindu. Kekuasaannya berakhir semenjak kedatangan Majapahit tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem Bal dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang.

Pendudukan Bali memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan, misalnya Istana Cakranegara di Ampenan.

Tahun 1894 Lombok bebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda). Pemberontakan orang Sasak mengundang mereka masuk. Namun Lombok lantas dibawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.Tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung. Masuknya Jepang membuat Lombok di bawah kendali Jepang. Tahun 1950 bergabung dengan Indonesia.



Friday, December 02, 2016

Legenda dan Asal-usul Gunung Rinjani

blog-sejarah.blogspot.com
menurut mitos, Gunung Rinjani merupakan pusat jin dan makhluk halus

Ternyata, menurut Legenda, Rinjani (atau disebut pula Anjani) merupakan putri raja yang mengiringi ayahnya untuk bertapa di Gunung. Oleh para jin dan makhluk halus, Rinjani dijadikan Ratu. Itu sebabnya Gunung di Pulau Lombok dinamai Gunung Rinjani.

Ada berbagai versi cerita rakyat yang ada kaitannya dengan Gunung Rinjani. Salah satu di antaranya berkaitan dengan seorang raja yang bernama Datu Tuan. Kerajaan Datu Tuan tidak jauh dari pelabuhan Lembar, yang kini dikenal dengan julukan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sang Raja sangat bijaksana. Permaisurinya cantik dan baik hati. Namanya Dewi Mas.

Kerajaan sangat aman, tenteram dan makmur. Sayang sang raja belum juga dikaruniai anak. Hingga beliau meminta izin Dewi Mas, sang permaisuri untuk mendapatkan istri baru. Permaisuri Dewi Mas mengizinkan. Maka dipinanglah gadis cantik bernama Sunggar Tutul, putri Patih Aur.

Semenjak itu raja lebih sering tinggal bersama istri baru. Namun permaisuri tetap sabar. Hingga akhirnya Dewi Mas mengandung.

Sunggar Tutul istri barunya merasa keberadaannya terancam, dibuatlah intrik. Raja dihasut dengan kata-katanya bahwa kehamilan Dewi Mas karena Dewi Mas serong dengan seseorang bernama Lok Deos. Raja percaya kata-kata Sunggar Tutul dan membuang Dewi Mas ke salah satu gili (pulau). Dewi Mas dengan sabar taat akan perintah Baginda. Ia pergi diiringi para pengiring.

Suatu hari sebuah perahu besar lewat dan nahkoda melihat putri bersinar-sinar cantik jelita. Kemudian sang nahkoda mampir. Dewi Mas mengisahkan semua kejadian. Nahkoda Kapal membawanya ke Pulau Bali. Akhirnya Dewi Mas dan pengiringnya tinggal di Pulau Bali.

Tak berapa lama, lahirlah anak kembar lelaki dan perempuan. Yang lelaki kelahirannya disertai sebilah keris sedang yang perempuan lahir dengan anak panah. Bayi lelaki dinamai Raden Nuna Putra Janjak dan yang perempuan Dewi Rinjani.

Tumbuh semakin besar mereka mulai menanyakan ayahnya. Sang ibu tak kuasa berbohong dan menceritakan pengalamannya. Raden Putra Janjak memohon kepada ibunya agar dipertemukan ayahnya. Ia pamit ke Pulau Lombok disertai para pengawal.

Putra Janjak hendak masuk istana ayahnya dan dihalangi oleh para penjaga. Para penjaga dikalahkan oleh Putra Janjak hingga sang raja mendengar kehebohan tersebut.Baginda Datu Taun dan anaknya saling adu kekuatan namun keduanya tak bisa saling melukai. Hingga terdengar bunyi gaib dari angkasa yang menyetakan Putra Janjak adalah anak dari baginda. Dipeluknya Raden Nuna Putra Janjak.

Setelah mendengar cerita dari Raden Nuna Putra Janjak , maka Baginda Datu Tuan segera menjemput permaisuri ke Bali.

Baginda Datu Taun sudah semakin tua dan akhirnya menyerahkan tahta kerajaan kepada puteranya. Datu Taun kemudian menyepi di gunung diiringi putrinya Dewi Rinjani. Di puncak gunung itulah baginda dan puterinya bertapa bersemedi memuja Yang Maha Kuasa. Di puncak gunung ini Dewi Rinjani diangkat oleh para Jin dan mahluk halus menjadi Ratu.


Sejarah Carok dan Clurit di Madura


Orang-orang Madura mengenal istilah Carok dan Clurit. Bagaimana asal-usul atau Sejarah Carok dan Clurit? 

Carok berasal dari bahasa Kawi artinya perkelahian. Perkelahian umumnya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar, umumnya di Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. Persoalannya adalah Kedudukan, perselingkuhan, rebutan harta, dendam turun-temurun.

Secara harfiah, Carok itu Ecacca Erok Erok yakni dibantai atau dimutilasi. D. Zawawi Imron, Budayawan dari Madura yang dijuluki Clurit Emas dari Sumenep menyatakan Carok itu pembauran budaya yang tidak sepenuhnya dari Madura. Carok merupakan putusan akhir bila masalah tidak bisa diselesaikan. Di dalamnya terkandung makna harga diri.

Sejatinya, carok mulai muncul sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-18 masehi saat kemunculan legenda Pak Sakera. Siapa Pak Sakera? Mandor tebu di Pasuruan yang tak pernah meninggalkan celurit kalau dia pergi ke kebun. Celurit dijadikan simbol perlawanan bagi rakyat.

Sebelum era tersebut , abad ke-12 saat Madura dipimpin Cakraningrat dan abad ke-14 saat Madura dipimpin Joko Tole, belum ada istilah Carok. Masa Panembahan Semolo, putra Bindoro Saud, Putra Sunan Kudus anad ke-17 juga belum ada Carok. Mereka hanya mengenal senjata tombak, pedang, keris dan panah sebagaimana umumnya prajurit-prajurit kerajaan. Hingga permulaan berdirinya Majapahit yang didukung oleh kerajaan Sumenep, maupun sebelumnya pada masa Tumapel hingga Singasari yang jatuh oleh kerajaan Gelang-Gelang Kediri yang dibantu pasukan Madura, senjata Clurit masih belum ada. Bahkan pada masa penyerbuan ke Batavia oleh Fatahillah yang dibantu pasukan Madura, juga mereka masih bersenjatakan Keris atau yang lainnya (bukan Clurit). Bahkan pada peristiwa Branjang Kawat dan Jurang Penatas, sama sekali tak ada senjata clurit disebut-sebut. 

Hanya Calok yang disebutkan dalam babat Songenep. Calok sendiri merupakan senjata Kek Lesap (1749) yang memberontak dan hampir menguasai semua dataran Madura. Senjata Calok juga pernah dipakai balatentara Ayothaya Siam dalam perang melawan kerajaan lain. Pada masa itu yang popular berbentuk Calok Selaben dan Lancor. Konon senjata Calok dibawa prajurit Madura ke Siam sebagai bagian dari bala bantuan kerajaan Madura dalam pengamanan di tanah Siam. 

Setelah Pak Sakera dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, rakyat mulai melakukan perlawanan dengan celurit. Namun Belanda mengadu-domba. Golongan Blater (jagoan) yang menjadi mata-mata Belanda diadu domba dengan rakyat dan seringkali Blater inilah yang melakukan carok waktu itu. Clurit diberikan Belanda kepada Blter dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik senjata. 

Kalau Clurit dianggap simbol perlawanan rakyat jelata oleh Sakera, Belanda mencitrakan Clurit sebagai senjata para jagoan dan penjahat. Sebagian masyarakat Madura terasuki hal itu. Bahwa kalau ada persoalan diselesaikan dengan jalan carok demi menjunjung harga diri. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya dan tidak sadar itu hasil rekayasa penjajah Belanda. Tapi tidak semua masyarakat Madura seperti itu. Mereka umumnya dari golongan santri dan keturunan orang-orang yang melawan penjajah Belanda pada zaman dulu.


Tragedi Bere Temor

Tahun 1970-an terjadi peristiwa tragis yang oleh orang Madura disebut Tragedi Bere Temor (Barat Timur). Yakni gap antara blok Madura Barat yang diwakili Bangkalan dan Madura Timur diwakili Sampang. Hampir setiap hari konon terdapat pembunuhan baik di pasar, sawah dan kampung. Saat itu istilah Carok dan Clurit makin terkenal. 

Sebagaimana dijelaskan tangtungan.com, pada masa Bere temor tersebut beberapa desa seperti Rabesen barat dan Rabesen Timur, Gelis, Baypajung, Sampang, Jeddih cukup mewarnai. Tragedi tersebut terjadi hingga keluar dari Madura, yakni Surabaya dan beberapa daerah lainnya. 

Menurut H.Abdul Majid, seorang tokoh Madura asal Beypanjung-Tanah Merah,  Carok jaman dulu adalah perkelahian duel hidup mati antara kedua belah pihak yang bertikai. Carok pada masa itu selalu identik dengan duel maut yang berujung dendam pada keluarga berikutnya. 

Hafil M, seorang tokoh Madura juga menerangkan bahwa pada masa itu setiap orang yang hendak bercarok akan melakukan satu ritual khusus dengan doa selamatan ala Islam kemudian melekan dan mengasah Clurit mereka serta mengasapinya dengan dupa. Keesokan harinya, mereka menghiasi mukanya dengan angus hitam. 

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Mas Marsidi Djoyotruno. Setiap orang yang bertemu meski tidak kenal akan langsung saling bunuh asal mereka dari dua kubu tersebut.tak peduli mereka bertikai atau tidak. Ini semua dilakukan demi harga diri desanya atau yang lainnya. 

Perkembangan disain clurit sendiri baru mulai betul-betul khusus untuk membunuh, diperkirakan masa revolosi 1945. Resimen 35 Joko Tole memberontak pada Belanda di pulau Madura. Belanda yang dibantu pasukan Cakra (pasukan pribumi madura) berhadapan dengan pasukan siluman tersebut. Meski tidak semua pasukan resimen 35 Joko Tole ini memiliki senjata Clurit, namun kerap terjadi pertarungan antara pasukan Cakra dengan resimen 35 Joko Tole ini kedua belah pihak sudah ada yang menggunakan senjata Clurit, meski hanya sebatas senjata ala kadarnya. 

Desain clurit yang sekarang ini kita lihat merupakan disain dari peristiwa Bere’ Temor (barat-timur) yang menghebohkan ditahun 1968 hingga 80-an. Pada masa ini disain clurit mulai dikenal dengan berbagai bentuk. Mulai dari Bulu Ajem, Takabuan, Selaben hingga yang lainnya. Dan pada peristiwa tersebut Clurit mulai jadi kemoditi bagi masyarakat Madura. 

Wednesday, November 30, 2016

Legenda Asal-usul Madura: Putri Tengger Lahirkan Raden Segara

Pulau Madura itu ada legendanya. Madura ternyata berasal dari kata Madu dan Ara. Madu ya Madu. Ara itu Tanah Lapang. Jadi Madura ada hubungannya dengan madu di tanah lapang. Juga, legenda Madura ternyata berhubungan dengan lokasi wisata terkenal yakni Tengger di Pegunungan Bromo. Kok bisa?  

Alkisah kerajaan terkenal di Pegunungan Tengger namanya Medangkamulan dengan rajanya Prabu Gilingwesi yang sangat terhormat. Patihnya, Prabu Pranggulang sangat pandai dan cerdik.Prabu Gilingwesi memiliki putri cantik yakni Ayu Tunjungsekar yang tidak mau bersuami. Sang Prabu sangat resah namun menghargai pilihan putrinya. 

Sampai pada suatu malam sang putri Tunjungsekar tidur dan bermimpi berjalan di kebun yang indah. Sayup-sayup terdengar tembang pangeran yang merdu merayu. Sang Putri sangat menikmati keberadaannya di kebun itu. Tiba-tiba bulan purnama muncul dari langit tanpa awan. Putri sangat terpesona. Seolah tahu sang putri sangat senang, bulan tersebut turun, makin dekat dengan sang putri, lantas masuk ke tubuh sang putri. Saat itu sang putri terbangun. 

Setelah itu Putri Tunjungsekar ternyata hamil. Tentu saja Raja terpukul dan murka. Beliau tidak percaya kehamilannya diakibatkan mimpi. Maka diputuskan untuk membunuh Putri Tunjungsekar. Diutuslah Patih Pranggulang untuk membawa putrinya ke Hutan. Berljalan dan berjalan hingga sampailah keduanya du hutan lebat namun dekat laut. 

“Ki Patih", ujar Tunjungsekar. "Silakan hukum mati aku. Tetapi kalau Ki Patih tidak bisa membunuhku, berarti aku benar," sambung Tunjungsekar. ”

Patih Pranggulang mengayunkan pedang ke Putri Tunjungsekar. Namun, sebelum menyentuh tubuh Putri Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Ki Patih juga berusaha mengayunkan ke leher Putri Tunjungsekar, tetapi sebelum menyentuh leher sang Putri, pedangnya malah terpental. “Tuan Putri, kiranya benar”,  kata Patih. 

”Hamba akan membuat rakit untuk Tuan Putri. Berakitlah melalui laut ini, hamba yakin nanti Tuan Putri akan menemui daratan. Hamba sendiri tidak akan pulang ke kerajaan, tetapi akan bertapa di sini untuk mendoakan agar Tuan Putri selamat,” tambahnya.

Tunjungsekar pun kemudian menaiki rakit. Malam demi malam dilalui. Saat purnama, perut Tunjungsekar terasa sangat sakit. Lahirlah seorang bayi laki-laki. Karena lahir di laut, bayi itu diberi nama Raden Sagara. Sagara dalam bahasa Madura artinya laut.

Beberapa hari kemudian tampak sebuah pulau. Rakit menepi, Tunjungsekar sambil mendekap bayinya turun dari rakit. 

Ketika sampai di darat, Raden Sagara yang baru berumur beberapa hari tiba-tiba melocat ke tanah. Ia pun kemudian berlari kesana kemari dengan riangnya. Tubuh Raden Sagara pun cepat bertambah besar. Mereka terus berjalan dan tiba di tanah lapang. Dalam bahasa Madura tanah lapang disebut ra-ara.

Di sudut tanah lapang, Raden Sagara melihat sebatang pohon. Dia mendekati pohon itu. Di dahan paling rendah ada sarang lebah yang cukup besar. Ketika Raden Sagara mendekat lebah-lebah bertebangan menjauh, seolah-olah mempersilahkan Raden Sagara untuk mengambil madunya. Kemudian Raden Sagara pun dapat menikmati madu bersama ibunya sepuas-puasnya. Karena mereka menemukan madu di tanah lapang yang luas, tempat itu kemudian diberi nama Madura, yaitu berasal dari kata madu era – ara, artinya madu di tanah yang lapang. Raden Segara kemudian menjadi penguasa tanah Madura untuk kali pertama. 

Arosbaya Lengkapi Sejarah Madura

foto: detik travel


Salah satu tempat wisata di Madura yang sedang naik daun adalah Situs Aer Mata di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Ternyata, situs ini merupakan peninggalan penting dan berhubungan dengan Sejarah Madura. Bagaimana kisahnya? 

Letaknya di sisi utara, sekitar 30 km dari arah Kota Bangkalan. Di sini terdapat situs makam Islam Kuno dengan arsitektur budaya Hindu-Budha. 

Bangunan ini didirikan abad ke-15 atau 16. Sampai sekarang masih tersusun indah tanpa semen. Bahannya batu putih seperti pualam yang diambil dari sekitar makam. 

Tiga cungkup utama makam berukuran 40x20 meter merupakan makan Ratu Ibu Syarifah Ambami, Panembahan Tjakraningrat II dan Tjakraningrat III. Ada pula makam Panembahan Tjakraningrat V, VI dan VII yang bergelar Tjakradiningrat I. Makam Ratu Ibu dikelilingi pagar kayu dilapisi kain warna hijau.

 "Gaya arsitektur dan seni ukir di Aer Mata mempunyai ciri khas perpaduan Hindu, Budha dan Islam," ujar Hasan Fajri, Juru Kunci makam.

Menurut Vivanews, untuk menuju ke Makam Ratu Ibu tersebut, paling tidak kita melewati stiga pintu masuk, yang desainnya mirip dengan candi. Makam Ratu Ibu ada di sisi paling utara, bangunannya paling tinggi. Di sisi selatan atau bawah banyak makam kuno yang konon merupakan makam keturunan atau abdi dalem Ratu Ibu. 


Siapakah Ratu Ibu yang diagungkan tersebut? Nama beliau Sarifah Ambani,yang konon melahirkan para raja Madura. Menurut sejarah, memang Sarifah Ambani merupakan keturunan Sunan Giri dari Gresik. Ia dinikahi Pangeran Cakraningrat I dari Madura.

Cakraningrat I memerintah Madura pada tahun 1624 atas perintah dari Sultan Agung dari Mataram. Walau demikian, ia lebih banyak tinggal di Mataram mendampingi Sultan Agung. Istri Cakraningrat yang bernama Sarifah Ambani inilah yang selalu tinggal di Kraton Sampang. Mungkin karena itu dia diberi gelar Ratu Ibu.

Sarifah merupakan istri yang patuh semua perintah sang suami. Sarifah juga rajin bertapa di Desa Buduran Kecamatan Arosbaya-Bangkalan.

Sebagaimana diceritakan juru kunci Pemakaman Aermata, yang dikutip dari Babad Madura, Ratu Ibu senantiasa memohon pada Tuhan agar keturunannya dapat menjadi pemegang pucuk pimpinan di Madura hingga tujuh turunan. Dalam pertapaannya ia bertemu Nabi Khidir A.S yang dianggap oleh Ratu Ibu sebagai pertanda bahwa permohonannya akan dikabulkan.


Ratu Ibu pun kembali ke Kraton Sampang. Saat suaminya, Pangeran Cakraningrat I datang dari Kesultanan Mataram, mimpi tersebut diceritakan. Pangeran Cakraningrat I justru marah karena istrinya hanya memohonkan untuk tujuh turunan. Seharusnya semua keturunan mereka selamanya menjadi pemimpin Madura. 

Sedih hati Ratu Ibu. Ia kembali bertapa dan memohon permintaan suaminya dikabulkan. "Permohonan disampaikan Ratu Ibu terus menerus sambil menangis. Ratu Ibu akhirnya meninggal dan di tempat pertapaannya inilah ia dimakamkan. Karena menangis saat bertapa. itulah yang menyebabkan pemakaman ini akhirnya diberi nama Aer Mata atau air mata.


Tahun 1975 kompleks Aer Mata diikut sertakan dalam lomba dan pameran seni arsitektur peninggalan Purbakala se-Asia mewakili Indonesia DAN mendapat nilai tertinggi.

Tuesday, November 29, 2016

Aturan Pendakian Gunung Agung Sesuai Kepercayaan Lokal

foto: kompas

Dalam kepercayaan masyarakat setempat, Gunung Agung merupakan tempat bersemayamnya para dewa. Di Gunung tersebut terdapat istana dewa. Oleh karena itu, siapa pun pendaki Gunung Agung, sudah seharusnya mentaati aturan adat setempat, yakni:

1. Tidak Mendaki Saat Hari Besar Keagamaan
Untuk menjaga kesucian Gunung Agung, para pendaki harap tidak melakukan aktivitas mendaki saat hari besar keagamaan, di mana umat melakukan pemujaan, baik di Pura Besakih maupun Pura Pasar Agung. Banyak pura di sekitar gunung agung letaknya lebih rendah dari jalur pendakian. Akan tidak etis bila para pendaki melakukan aktivitas pendakian, di atas sementara di Pura orang-orang sedang beribadah. 

2. Perempuan Datang Bulan Dilarang Mendaki
Perempuan datang bulan dianggap dalam keadaan kotor, bila mendaki akan merusak kesucian Gunung Agung. 

3. Jangan Bawa Makanan dari Daging Sapi
Sapi itu disucikan umat Hindu. Bila pendaki membawa bekal makanan berasal dari daging sapi, dipercaya dalam pendakian membawa sial.  

4. Jumlah Pendaki Harus Genap
Dipercaya, jumlah pendaki yang ganjil akan membawa kesialan. 

Sejarah Lawang Sewu

foto: detik
Salah satu gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah adalah Lawang Sewu. Letaknya di Bundaran Tugu Muda, yang pada zaman Belanda disebut Wilhelminaplein. Dinamai Lawang Sewu karena gedung ini memiliki banyak pintu, meskipun tidak sampai seribu. Lawang berarti pintu. Sewu berarti seribu. Bagaimana sejarah atau asal-usul Lawang Sewu? 

Dulu Lawang Sewu merupakan kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, yakni jawatan kereta api. Pintunya sangat banyak dan jendelanya tinggi dan lebar seperti pintu. Masyarakat sering menganggap jendela ini sebagai pintu. 

Pembangunan Lawang Sewu Semarang melibatkan dua orang arsitek asal Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer dan Bj. Queendag. Pada awal pembangunan, gedung yang pertama kali dibuat adalah bangunan percetakan dan bangunan penjaga. Kemudian dilanjutkan perluasan sekitar pada tahun 1916 hingga 1918 dengan menambah jumlah bangunan dan ruangan.
Pasca kemerdekaan RI, bangunan ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Pernah pula dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (KOdam IV/DIponegoro) dan Kantor Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. 
Pada masa perjuangan gedung ini menjadi lokasi pertempuran antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api, 14 - 19 Oktober 1945 melawan Jepang. Itu sebabnya Lawang Sewu menjadi salah satu dari 102 bangunan kuno yang patut dilindungi. 
Jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).

Bangunan utamaberupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. DI  bangunan utama ada  tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Bagi yang percaya keberadaan makluk astral,  di hampir di seluruh bagian gedung terdapat makhluk halus seperti tentara Belanda, Nonik Belanda, Gondoruwo, Kuntilanak, dll. Yang terkenal angker adalah Sumur Tua, Penjara Jongkok, Lorong lorong, Penjara Berdiri dan Ruang Penyiksaan. Yang paling menyiksa adalah penjara jongkok karena tinggi penjara ini cuma 1,5 meter. Konon sering terjadi makhluk astral bergentayangan di seputar penjara dan ruang penyiksaan. Namun bagi yang tidak mempercayai, Lawang Sewu diperlakukan sebagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan. 

Kini bangunan ini mencapai tahap konservasi dan revitalisasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah PT. Kereta Api Persero. 


Saturday, November 19, 2016

Sejarah Terbentuknya Pulau Bali, Legenda Manik Angkeran

Ternyata, menurut Legenda, Pulau Bali dan Pulau Jawa dulunya menjadi satu kesatuan. Kenapa lantas terpisah? Legenda Empu Sidi Mandra (disebut pula Sidi Matra) dan Manik Angkeran (disebut juga Manik Angkara) menjelaskan pada kita. 


gambar manik angkeran


Alkisah, Brahmana suci Empu Sidi Mandra di daratan yang kini kita sebut Jawa dan Bali  memiliki anak bernama Manik Angkeran. Sang anak ini suka berjudi. Empu Sidi Marta prihatin dan menitipkan pada Brahmana Danghyang Nirartha alias Pedanda Bau Rauh.

Danghyang Nirartha memerintahkan Manik Angkeran untuk bertapa di sebuah lubang di wilayah Pura Besakih. Lubang pertapaan itu konon terhubung dengan Gua Lawa di Klungkung.

Manik Angkeran saat bertapa punya firasat akan ditemui naga Besukih dan dia merencanakan untuk meminta ajian agar selalu menang judi. Oleh naga Besukih dituruti. Manik Angkeran keluar dari pertapaan, tidak kembali ke Danghyang Nirarta, melainkan berjudi dan berjudi. Berkat ajian dari Naga Besukih, Manik Angkeran menang terus.

Manik Angkeran kembali ke pertapaan untuk meminta kemenangan lebih besar. Naga Besukih muncul. Manik Angkeran melihat ekor Naga Besukih bertahtakan emas langsung memotong ekor tersebut dan membawa ekor tersebut berlari. Naga Besukih mematok pijakan kaki Manik Angkara dan seketika Manik Angkeran meninggal.

Danghyang Nirartha mencari Manik Angkeran karena sudah lama tidak pulang. Naga Besukih membeberkan semua kisah yang dialaminya. Naga Besukih ekornya disatukan kembali oleh Danghyang Nirartha dan Manik Angkeran dihidupkan kembali dan bertobat.

Versi lain menyebut bahwa yang menghidupkan Manik Angkeran adalah ayahnya sendiri, Empu Sidi Mandra, yang sangat menyayangi anaknya. Namun ia menyuruh anaknya untuk hidup terpisah dengannya. Di tempat pertemuan antara ayah dan anak tersebut, timbul sumber mata air yang berasal dari airmata sang ayah. Makin lama makin besar sumber air tersebut. Dengan tongkatnya, Sidi Mandra membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Sekarang tempat tersebut disebut Selat Bali, yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.

Wednesday, August 24, 2016

Sejarah Pramuka dan Lord Robert Baden Powell of Gilwell

Pramuka disebut pula Pandu. Sejarah Pramuka tak lepas dari nama besar Bapak Pramuka Sedunia yakni Lord Robert Baden Powell of Gilwell. Siapakah dia?

Lord Robert Baden Powell of Gilwell anak Profesor Geometri Universitas Oxford. Ia lahir Robert Stephenson Smith tanggal 22 Februari 1857. Sejak kecil sang ayah meninggal dan ia diasuh ibunya yang membina wataknya jadi pejuang tangguh. Di samping ibunya, kakaknya pun memperkenalkan Powell dengan kegiatan seperti berlayar, berenang, berkemah, olahraga, dan lain-lain. 

Selain itu, Baden Powell juga mengasah ketrampilannya bermusik, bersandiwara, berolahraga,mengarang, dan menggambar.

Ia menempuh karir militer. Pengalaman di India sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.. Saat terkepung bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makan. Baden Powell juga punya pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.

Demikian yang ditulis dalam buku “Aids To Scouting” yang merupakan petunjuk bagi Tentara muda Inggris agar dapat melaksanakan tugas penyelidik dengan baik. 
William Smyth seorang pimpinan Boys Brigade di Inggris minta agar Baden Powell melatih anggotanya sesuai dengan pengalaman beliau itu. Kemudian dipanggil 21 pemuda dari Boys Brigade di berbagai wilayah Inggris, diajak berkemah dan berlatih di pulau Browns Sea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari.
Tahun 1910 BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pada tahun 1912 menikah dengan Ovale St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Beliau mendapat titel Lord dari Raja George pada tahun 1929 Baden Powell meninggal tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini dibuat buku dengan judul “Scouting For Boys”. Buku ini cepat tersebar di Inggris dan negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
 Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang kemudian diteruskan oleh istri beliau.
 Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk serigala. Tahun 1918 dibentuk Rover Scout bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London. Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).

Tahun 1924 Jambore II                di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
Tahun 1929 Jambore III              di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
Tahun 1933 Jambore IV              di Godollo, Budapest, Hongaria
Tahun 1937 Jambore V                di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
Tahun 1947 Jambore VI              di Moisson, Perancis
Tahun 1951 Jambore VII             di Salz Kamergut, Austria
Tahun 1955 Jambore VIII           di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
Tahun 1959 Jambore IX              di Makiling, Philipina
Tahun 1963 Jambore X                di Marathon, Yunani
Tahun 1967 Jambore XI              di Idaho, Amerika Serikat
Tahun 1971 Jambore XII             di Asagiri, Jepang
Tahun 1975 Jambore XIII           di Lillehammer, Norwegia
Tahun 1979 Jambore XIV           di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan
Tahun 1983 Jambore XV             di Kananaskis, Alberta, Kanada
Tahun 1987 Jambore XVI           di Cataract Scout Park, Australia
Tahun 1991 Jambore XVII          di Korea Selatan
Tahun 1995 Jambore XVIII        di Belanda
Tahun 1999 Jambore XIX           di Chili, Amerika Selatan
Tahun 2003 Jambore XX             di Thailand
Tahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.
Tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya di London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa Kanada. Tanggal 1 Mei 1968 Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.
Sejak tahun 1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry (Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968 diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen. sumber

Monday, May 02, 2016

Sejarah Tari Legong di Bali

Tari Legong masuk dalam golongan tari klasik Bali. Tarian ini sangat kompleks, diiringi musik yang kompleks pula. Apa dan bagaimana asal-usul tari Legong? 
Sejarah tari legong bali
foto
Kata Legong berasal dari leg yang berarti sebuah gerak tari yang luwes, dan gong yang artinya gamelan. Tari legong boleh dikata tarian klasik bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang kompleks, terikat struktur tubuh pengiring. 
Legong ini erat kaitannya dengan gambuh. Gerak tari legong terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Tarian Legong mula-mula dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua
Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel ( wilayah Sukawati ), beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas.
Ketika beliau sadar dari semedinya, segera memerintahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang wajahnya tampak dalam mimpi ketika melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan topeng sakral sesuai permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang penari perempuan.
Tak lama setelah tari Sang Hyang Legong tercipta, sebuah grup pertunjukan tari Nandir dari Blahbatuh yang dipimpin I Gusti Ngurah Jelantik melakukan sebuah pementasan yang disaksikan Raja I Dewa Agung Manggis, Raja Gianyar kala itu. Beliau sangat tertarik dengan tarian yang memiliki gaya yang mirip dengan tari Sang Hyang Legong ini, seraya menitahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata kembali dengan mempergunakan dua orang penari wanita sebagai penarinya. Sejak itulah tercipta tari Legong klasik yang kita saksikan sekarang ini.
Penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum akil-baliq alias mendapat belum menstruasi, Para penari legong menari di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari inilah yang disebut legong. Mereka selalu dilengkapi kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tarian, legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papesonpangawakpengecet, dan pakaad.
Legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi lantas dimulai 1960-an.
Jenis-jenis Legong
Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti di Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista).Apa saja jenis-jenis Legong:?
1. Legong Lasem (Kraton)
Legong ini tergolong populer dan sering ditampilkan di pertunjukan pertunjukan wisata. Tari ini dikembangkan di Peliatan. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu menyusul dua legong yang menarikanlegong lasem. Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji (abad ke-12 dan ke-13, masa Kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang masuk Kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha (Kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putri menolak pinangan sang adipati karena ia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri, yang merupakan abang dari sang putri Rangkesari, menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati Lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan raja Daha.
2. Legong Jobog
Kisahnya berasal dari cuplikan Ramayana tentang persaingan dua bersaudaraSugriwa dan Subali (Kuntir dan Jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke danau ajaib, keduanya bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari, keduanya beralih menjadi kera dan selalu bertempur. 
3. Legong Legod Bawa
Dewa Brahma dan Dewa Wisnu bersaing membanggakan kekuatan masing-masing. Dewa Siwa menjadi penengah dengan cara berubah menjadi lingga sembari mengajukan syarat barang siapa yang mampu menemukan ujung lingga tersebut, maka dia lebih sakti mandraguna.

4. Legong Kuntul
Beberapa burung kuntul asyik bercengkrama.

5. Legong Palayon
Anak-anak selalu tanpa beban dan senantiasa bemain dan bermain. Bermain gamelan pun tanpa beban. Ceria dan gembira. 

6. Legong Candrakanta
Bulan dan matahari bertemu sehingga terjadi gerhana yang mengakibatkan dunia menjadi gelap. Setelah ada sesajen, kentongan , serta puji-pujian, Bulan kembali bersinar.

7. Legong Kupu Tarum
Kupu-kupu riang gembira berlari dari ranting ke ranting. Diciptakan I Wayan Beratha tahun 1960-an. 

Asal-usul Negeri Kelantan, Malaysia

Negeri Kelantan memiliki sejarah unik. Tahun 1411 M (814 H) di wilayah itu, hidup Raja beragama Islam bernama Ku Umar, entah dari mana asalnya. Raja Ku Umar menjalin hubungan dengan Raja China, Tahun 1412 M, Ku Umar menerima kain-kain sutera dan surat kepujian dari Raja China itu.
Setelah itu, Kelantan diperintah Sultan Iskandar sampai 1465 M. 
Raja setelah itu adalah Putera Baginda Sultan Mansur. Saat Sultan Mansur, nama Kelantan termasyhur sampai ke negeri Malaka di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah. Pada 1477 M, Sultan Melaka menyerang Kelantan. Baginda Sultan Mahmud Shah akhirnya menikahi Puteri Sultan Mansur yang bernama Onang Kening, Onang Kening ini merupakan ibu dari  Raja Perak yang pertama, iaitu Sultan Muzaffar Shah (1528 M).
Sultan Mansur Shah wafat tahun 1526 M (928 H), dan digantikan putranya "Sultan Gombak". Setelah baginda Raja Gombak mangkat, cucu baginda yang telah dijadikan putera angkat, Raja Ahmad,  menjadi Sultan Kelantan pada 1584 M (992 H). Sultan Ahmad menikahi Cik Banun Puteri Seri Nara DiRaja, sepupu Raja Hussein di sebelah isteri Lela Wangsa Pahang. Keduanya dikaruniai seorang puteri Cik Siti Wan Kembang.
Sultan Ahmad mangkat pada 1589 M, saat Cik SIti Wan Kembang berusia 4 tahun. Maka Raja Hussein dari Johor telah dilantik menjadi Pemangku Raja Pemerintah Kelantan. Raja Hussein mangkat pada 1610 M (1018 H). Cik Wan Kembang ditabalkam menjadi Permaisuri Kelantan. Baginda bersemayam di Gunung Chinta Wangsa, Ulu Kelantan, kira-kira 40 kilometer ke arah tenggara Kuala Krai.
Masa pemerintahan Cik Siti Wan Kembang di Gunung Chinta Wangsa sangat masyur. Pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri termasuk orang-orang Arab menjuluki Cik Wan Kembang dengan panggilan "Paduka Cik Siti". Paduka mempunyai seekor kijang yang akhirnya menjadi lambang kebesaran negeri Kelantan.
Pada masa pemerintahan Cik Siti Wan Kembang, berdiri kerajaan berpusat di Jembal dengan rajanya yakni Raja Sakti tahun 1638 M (1046 H). Setelah baginda mangkat, maka putera baginda, Raja Loyor menjadi Sultan pada 1649 M (1059 H). Sultan dianugerahi dua putra seorang putera, Seorang putra mangkat sewaktu masih kecil dan seorang puteri bernama Putri Saadong.
Hubungan baik telah terjalin di antara Kerajaan Cik Siti Wan Kembang dengan Kerajaan Loyor di Jembal. Baginda mengambil Puteri Saadong sebagai anak angkat yang akan mewarisi tahta kerajaan sepeninggalannya nanti.
Puteri Saadong yang cantik dan jelita digelari rakyat Gunung Chinta Wangsa sebagai Puteri Wijaya Mala. Kecantikan Puteri Saadong sampai pada Maharaja Siam yang kemudian melamarnya tetapi ditolak. Puteri Saadong dinikahi sepupunya yakni Raja Abdullah yang memerintah di Kota Tegayong dan kemudiannya dipindahkan ke Kota Jelasin di Kota Mahligai.
Puteri Saadong diculik Penglima Tentera Siam bernama Phraya Decho dan dibawa kepada Narai Maharaja Siam (1656-1688) namun akhirnya kembali ke Kelantan. Raja Abdullah akhirnya wafatterkorban kerana kena tikaman cucuk sanggul Puteri Saadong.
Selepas itu, Puteri Saadong melantik Raja Abdul Rahim, saudara raja Abdullah menjadi Sultan di Kota Mahligai pada 1671 M (1082 H) dan dinikahkan dengan janda Raja Abdullah, anak Penghulu Ngah Jembal. Selepas itu Puteri Saadong menjadi Raja di Bukit Marak dan sejak itu kisahnya tidak ada lagi.
Kemudian, Raja Abdul Rahim telah mangkat ditikam oleh rakyatnya di tepi Tasek Lelayang Mandi. Maka putus sudah sejarah "kerajaan mahligai". Namun muncul Kerajaan Jembal yang pada waktu itu diperintah Raja Omar yang bergelar Sultan Omar pada 1675 M (1086 H).
Raja Omar adalah adik Raja Loyor yang sebelum itu telah bergelar Temenggong Sultan Omar mempunyai lima orang putera dan puteri: Raja Kecil Sulung, Raja Ngah yang bergelar Raja Hudang, Raja Nah, Raja Sakti dan Raja Pah. 
Setelah Raja Omar mangkat pada 1721 M (1132 H), Baginda Long Bahar menjadi Sultan di Jembal atas kehendak puteri sulungnya, Raja Kecil Sulung. Baginda Long Bahar adalah putera Raja Petani (Wan Daim) yang bergelar Datuk Pengkalan Tua yang berhijrah ke Kelantan bersama ayahnya dan menikah dengan Raja Pah Binti Sultan Umar. Mereka bertempat tinggal di Sening dekat Jembal.
Long Sulaiman (Wan Anom Long Nik) anak Long Bahar dengan Raja Perempuan Patani bergelar Mas Kelantan mempunyai seorang putera bernama Long Yunus dan dua orang puteri, iaitu Tuan Dewi dan Tuan Kembang yang menikah dengan Long Deraman putera Tuan Senik Geting yang memerintah di Legeh. Pada 1756 M (1169 H) ada serangan untuk merebut takhta dan akhirnya Long Sulaiman gugur. Berikutnya Long Pandak, sepupu Long Sulaiman telah dilantik menjadi Raja Kubang Labu, dan adiknya pula Long Muhammad dilantik menjadi Raja Muda.
Kemudiannya pada 1758M, Long Pandak meninggal di tangan Long Deraman yang membalas dendam terhadap perbuatan Long Pandak yang membunuh isterinya Tengku Tengah iaitu adik Long Deraman. Selepas itu Long Muhamad dilantik menjadi Sultan di Kota Kubang Labu. 
Pada masa pemerintahan Long Muhammad muncul perang antara pihak Long Muhammad yang dibantu oleh Long Deraman dan Penghulu Umar Kampung Laut dengan Long Yunus yang dibantu Long Gafar seorang putera kepada Raja Reman di Hulu Perak, Sepupunda Long Yunus iaitu Mandur Mis dan Penghulu Adas (ipar pula kepada Mandur Mis). Dalam peperangan pada 1762 M, Pihak sebelah Long Muhammad dan Long Deraman tewas dan Kerajaan Kubang Labu dikuasai oleh Long Yunus. Karena berjasa membantunya dalam peperangan itu, Long Yunus melantik Long Gaffar menjadi Perdana Menteri bergelar Engku Sri Maharaja Perdana Menteri memerintah dari kawasan Jeram sampai ke Pasir Tumbuh. Mandur Mis dilantik sebagai Mendahari Negeri bergelar Engku Mendahari Seri Maharaja Wangsa memerintah Lundang, 
Penghulu Adas memerintah di sebelah hulu Sungai Nilam Puri bergelar Penghulu Menteri Seri Bija D'Raja dan Raja Langsuring memerintah Sebelah Hulu Pulau, Tanah Merah bergelar Engku Pahlawan Seri Maharaja Dalam. Baginda Long Yunus menyatukan seluruh pemerintahan negeri Kelantan.