Friday, March 16, 2018

Asal-usul Banyuwangi versi Sri Tanjung

Banyuwangi, sebuah kota di ujung paling Timur Pulau Jawa, memiliki asal-usul berupa legenda yang berkaitan dengan Sri Tanjung, istri Patih Sidopekso. Siapakah Sri Tanjung? Siapakah Patih Sidopekso?

Alkisah, ujung paling Timur Pulau Jawa ini dulunya dipimpin raja bernama Sulahkromo. Raja Sulahkromo memiliki patih bernama Sidopekso. Patih Sidopekso beristrikan Sri Tanjung, wanita yang sangat cantik, cerdas, dan baik budi bahasanya. Sang raja pun jatuh cinta kepadanya. Sampai-sampai sang raja mencari cara agar bisa dekat selalu dengan Sri Tanjung.

Diutuslah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang sangat tidak masuk akal. Saking setianya sang patih kepada Raja Sulahkromo, dia berangkat menjalankan tugas dengan tanpa curiga dan berharap tugasnya cepat selesai. 


Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, Raja Sulahkromo mulai melancarkan jurus-jurus rayuannya. Namun Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya dan sebagai istri yang baik selalu berdoa untuk keselamatan suaminya.  Raja tidak berputus asa. Terus-menerus dirayunya Sri Tanjung. Namun lagi-lagi Sri Tanjung menolak keinginaan Sang Raja.

Hari berganti hari, Sri Tanjung tetap menolak Raja Sulahkromo. Suatu hari sang raja kaget karena ternyata Patih Sidopekso selamat dan kembali. Misi tugas yang diemban diselesaikan dengan baik. Raja pun dengan licik mengatakan bahwa Sri Tanjung menggoda raja dan bertindak serong.

Patih Sidopekso dengan hati panas langsung menemui Sri Tanjung. Patih pun mengancam akan membunuh istri setianya itu. Sri Tanjung diseret ke tepian sungai keruh dan kumuh.

Sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung. Sri Tanjung rela dibunuh sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiaan. Tapi dia minta jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh. Apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dia telah berbuat serong, tapi sebaliknya, jika air sungai justru berbau harum maka ia tidak bersalah.

Tetap saja Sang Patih terbakar cemburu dan amarah. Keris ditikamkan ke dada Sri Tanjung. 


Perempuan cantik itu tewas seketika. Mayat istri setia itu segera diceburkan ke sungai sesuai permintaannya. Tiba-tiba sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso pun kaget. Tanpa ia sadar, ia menjerit..,"Banyu..,wangi..,Banyu..,wangi..!"

Sejak itu kota di ujung Timur Pulau Jawa itu dinamai Banyuwangi

No comments: