Friday, January 20, 2017

Ternyata Tahu Sumedang Asal-usulnya dari Cina

Kita pasti mengenal tahu sumedang makanan khas asal Sumedang. Kudapan khas dari bahan kedelai, sebagaimana tahu-tahu lain, namun renyah. Tahu Sumedang dijajakan mulai dari pinggir jalan sampai hotel bintang lima. Jadi makanan segala lapisan. Mengenai asal-usul atau sejarahnya, ternyata tahu sumedang dibawa imigran Cina. 
Ya, imigran asal China ini datang langsung ke Sumedang melalui pelabuhan Cirebon. Tahu yang dulu dikenal juga dengan nama Bungkeng ini dirintis sejak tahun 1917. 
Cikal bakal Tahu Sumedang ini dibawa oleh seorang imigran asal China bernama Ong Kino yang tiada lain adalah buyut Suryadi yang datang ke pulau Jawa melalui pelabuhan Cirebon, awal tahun 1900-an. Sesampai di Sumedang ia langsung mendirikan pabrik tahu di Jalan Sebelas April.
Ong Kino memang yang merintis usaha tahu di Sumedang, tetapi yang terkenal perintis tahu adalah Ong Bungkeng yang tidak lain dari anaknya Ong Kino yang menyusul ke Jawa. Ong Kino sendiri tidak lama ada di Sumedang dan meninggalkannya untuk kembali ke negeri Tiongkok sekitar tahun 1917. 
Bungkeng sudah meninggal dunia 1994. Usaha tahu diteruskan oleh anaknya, Bah Ukim yang kemudian kini dikelola oleh Suryadi, anaknya Bah Ukim.
Awalnya sebagai orang Tionghoa buyutnya itu memperkenalkan makanan yang dalam bahasa Mandarinnya, Doufu dan karena lidah orang Indonesia maka nama itu berubah menjadi tahu.
Dulu tahu hanya dimakan orang China saja sesekali warga di sekitar mencicipi tahu. Biasanya tahu dibuat kalau ada makan bersama sesama orang China. Sampai akhirnya, tahu itu dicoba dijual. 
Alkisah, pemuda Ong Bungkeng ketika tengah bekerja mengolah tahu dan menjualnya di daerah Tegalkalong atau kini Jalan Sebelas April. Kebetulan Dalem Sumedang Pangeran Soeriaatmadja yang akan pergi ke Situraja melewatinya. Bupati Sumedang yang dikenal dengan Pangeran Mekah ini lewat di depan warung Tahu Ong Bungkeng dengan kereta kuda.
Pangeran Soeriaatmadja ini tertarik ada sajian di warung Bungkeng itu dan mampir dulu serta mencicipi goreng Tahu buatan Bungkeng yang terbilang makanan baru saat itu. “Ngeunah geuning ieu kadaharan teh, moal burung payu geura. (Lezat dan enak makanan ini pasti akan laku keras sekali, red),” kata Dalem Sumedang ini.
Ungkapan Pangeran itu menjadi kenyataan usaha Tahu Bungkeng kian maju. Beberapa pegawai Tahu Bungkeng yang kebanyakan warga setempat tertarik juga mengembangkan usaha tahu itu. Mereka pun mendirikan usaha pabrik tahu.
Bungkeng memiliki tiga pegawai asal Situraja kemudian keluar dan mengembangkan usaha tahu. Pegawai tahu Bungkeng datang silih berganti. Tak sedikit pegawai tahu Bungkeng dulu dibajak temannya yang berasal dari etnis China. Diajak buka usaha membuat tahu Sumedang.
Perbedaan tahu Sumedang dengan tahu biasa adalah koagulan yang dipakai merupakan sisa dari penggumpalan tahu, disebut larutan biang yang disimpan selama 2–3 hari, yang prosesnya menggunakan asam cuka.Tahu ini bisa mengalami perubahan rasa setelah beberapa jam dibeli jika dibuat secara tradisional, kedelai asli tanpa pengawet. Rasa gurih berubah menjadi asam, kulit yang garing menjadi liat. Tapi ini dapat disiasati dengan penyimpanan di kulkas. Penggorengan yang tepat yaitu dalam minyak yang panas / menguap, api besar, daya muat penggorengan, serta jumlah tahunya.

sumber: 
kompas
wikipedia

No comments: